Jembatan Srandakan 1 yang dibangun tahun 1925 atau hampir satu abad yang lalu Kamis malam (6/2/2025) runtuh. Kejadian ini dipicu oleh jebolnya groundsill Dam Srandakan pada Minggu pagi (26/1/2025). Panewu Srandakan beserta jajaran meninjau lokasi untuk memastikan langkah-langkah penanganan lebih lanjut Jumat (7/2/2025).
Kondisi jembatan lama sebelumnya memang sudah mengkhawatirkan karena tahun 2000 ada 2 pilar jembatan yang ambles karena dilewati truk tronton bermuatan semen. Perlindungan terhadap jembatan yang lama dan baru juga sudah dilakukan dengan membangun groundsill pada tahun 2001-2003 untuk mengurangi kecepatan arus sungai dan meningkatkan laju pengendapan sedimen. Karena groundsill jebol maka pondasi jembatanpun terkikis oleh derasnya arus sungai dan akhirnya runtuh.
Panewu Srandakan Sarjiman, S.IP, ME menyampaikan, Pemerintah pusat telah melakukan 3 tindakan utama yang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO), yaitu:
1. Menyelamatkan jembatan Srandakan 2 dengan memberikan berbagai macam bantuan untuk penguat disekitar tiang-tiang penyangga jembatan Srandakan 2;
2. Memberbaiki groundsill Dam Srandakan yang jebol sepanjang 120 m harapannya nanti dapat sedikit menghambat arus air apabila terjadi banjir;
3. Membuat dam baru di Selatan dam yang jebol.
Ketiga kegiatan utama tersebut dianggarkan dari APBN dan anggaran darurat Kementerian Pekerjaan Umum RI. Harapannya dalam waktu 90 hari kegiatan darurat tersebut bisa dilakukan dan yang paling utama adalah agar jembatan penghubung yang sekarang masih eksis yaitu jembatan Srandakan 2 masih bisa dipakai untuk arus lalu lintas penghubung Jawa Tengah-DIY.
“Himbauan kepada semua warga masyarakat tetap hati-hati dengan kondisi yang ada saat ini, boleh penasaran untuk melihat secara langsung tapi tetap jaga kehati-hatian. Dengarkan himbauan dari aparat kepolisian, FBRB, ataupun Linmas”, pesan Panewu. (sri)